Buku Tradisi Makan Siang Indonesia ini pertama kali diluncurkan pada bulan Mei 2025 di Ubud Food Festival. Buku ini digagas oleh Omar Niode Foundation, Nusa Indonesian Gastronomy Foundation, Komunitas Food Blogger Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Diomedia. Buku bilingual dengan tebal 500 halaman berwarna dan dicetak dengan kertas premium, serta bersampul hard cover ini disunting oleh Ibu Amanda Katili Niode, Ph.D. Ketua Omar Niode Foundation.
Saya sebagai food blogger merasa bangga telah menjadi bagian dari penulisan buku ini, bersama para penulis kontributor lainnya. Sejak awal mendengar tentang rencana pembuatan buku ini, saya langsung tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam penulisannya. Terdapat 40 tulisan di buku ini yang ditulis oleh para food blogger, penulis, pegiat pangan lokal, wirausahawan, dan berbagai profesi lainnya, dengan menarik, mendalam dan mengajak pembaca untuk ikut merasakan pengalaman kuliner yang menakjubkan. Saya sendiri menulis tentang pengalaman bagaimana saya tumbuh dengan masakan tradisional daerah Solo, Jawa Tengah yang diperkenalkan oleh ibu dan eyang saya.
Sesi Book Talk pun diadakan di Atelier Rasa Barnyard, Kemang, Jakarta Selatan pada 16 Oktober 2025. Selama acara Book Talk, pengunjung dan penulis menikmati sesi Demo Masak Kreasi Blue Food bersama chef Ragil Imam Wibowo dan sajian lezat menu tradisional khas Gorontalo bersama Kak Zahra Khan.
Semakin bangga rasanya saat Buku Tradisi Makan Siang Indonesia ini juga dinobatkan sebagai Best Book in the World pada ajang Gourmand Awards. Penghargaan ini diumumkan pada Saudi Feast Food Festival di Riyadh, Arab Saudi, oleh Edouard Cointreau, President of Gourmand Awards, yang memuji buku tersebut atas kedalaman riset dan makna kultural yang dihadirkannya. Gourmand World Cookbook Awards adalah penghargaan internasional bergengsi untuk buku terbaik dalam budaya makanan dan minuman, termasuk buku cetak atau digital, juga untuk acara TV, dan konten dari lebih dari 220 negara.

Momen makan siang bersama memang sangat spesial, baik bersama keluarga, teman, maupun relasi. Tradisi makan siang bersama di Indonesia sangatlah beragam, dengan kebiasaan, tata cara makan, cara mengolah bahan makanan, dan resep masakan tradisional masing - masing daerah yang diwariskan turun temurun oleh keluarga. Di buku Tradisi Makan Siang Indonesia ini, selain kita dapat mengenal beragam masakan tradisional daerah - daerah di tanah air, kita juga dapat memahami cerita dan sejarah dibalik terciptanya setiap resep masakan, juga makna dan filosofi dari dari setiap masakan. Yang tidak kalah penting, untuk sebagai pengingat bahwa kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan tradisi sudah selayaknya bangga dan ikut melestarikan makanan tradisional Indonesia.
Negara kita, Indonesia, memiliki lebih dari 1300 suku bangsa yang hidup tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini menjadikan Indonesia negara yang sangat majemuk, dan keberagaman ini menjadi kekayaan bangsa yang perlu dijaga. Kekayaan budaya, adat istiadat juga termasuk di dalamnya tradisi makan. Tradisi makan mencakup asal bahan makanan yang akan diolah, ini tentu saja sangat ditentukan dari tanaman yang tumbuh di masing - masing daerah, juga sumber protein yang mudah didapatkan di masing - masing daerah, entah itu dari daratan, laut atau sumber air tawar seperti sungai dan danau. Tradisi makan juga mencakup cara mengolah makanan, cara menghidangkannya, cara menyantap, dan makna atau filosofi di balik setiap masakan. Setiap resep masakan juga memiliki cerita sejarah dibalik terciptanya masakan tersebut. Semua ini bisa kita dapatkan di dalam buku ini.
Buku ini bukan sekedar buku resep, namun menampilkan lebih dari itu. Banyak hal yang baru bagi saya di dalam buku ini yang makin memperkaya khazanah mengenai masakan tradisional Indonesia. Beberapa tulisan di buku ini membahas mengenai Choi Pan Thjia dari Singkawang, tradisi liwetan, Ngidang tradisi makan di Palembang, nasi tumpeng, sego buwuhan khas Bojonegoro, papeda, seruit Lampung, tradisi makan Balanjuang di Minang, tradisi botram, Mo Mulayadu - tradisi menghambur benih, dan masih banyak lagi.
Para tokoh pemerintah dan akademisi ternama turut menulis sambutan untuk buku ini, juga ada beberapa testimoni dari sejumlah praktisi kuliner. Sekapur sirih ditulis oleh ibu Amanda Katili Niode, Ph.D. Ketua Omar Niode Foundation. Prolog ditulis oleh ibu Mei Batubara, Direktur Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia, dan epilog ditulis oleh ibu Katerina, travel dan food blogger senior.
Akhir kata, saya berharap buku ini bermanfaat bagi siapapun yang ingin memperkaya wawasan mengenai makanan dan masakan tradisional Indonesia, terutama tradisi makan siang di berbagai daerah di Indonesia.
Posting Komentar untuk "Buku Tradisi Makan Siang Indonesia : Khazanah Ragam Dan Penyajiannya"